Selamat pagi, siang, sore, dan malam khalayak ramai,
khususnya kamu. Iya kamu. Bukan kamu. Ituloh yang dibelakang kamu *apasih*.
Gausah ditanya lagi gue nulis postingan kali ini berdasarkan cerita siapa.
Siapa lagi kalo bukan pak Rudy (lagi-lagi Pak Rudy).
Minggu ini, tepatnya hari Senin dan Rabu kemarin saat
pelajaran fisika, kami telah sampai pada bab Relativitas. As always, beliau
menjelaskan apa itu relativitas dan ‘huruf bercampur angka’-nya tersebut di
papan tulis dengan beberapa cerita sebagai selingannya yang dibawakan dengan
gaya khasnya –standup comedy-.
Disini gue gak akan bercerita tentang relativitas dan
menghubungkannya dengan kehidupan kita sehari-hari karena pengetahuan gue belum
sampe dititik itu. Gue hanya akan mengambil kata dasar dari relativitas untuk
dijadikan salah satu topik kali ini. Jadi, kita bahas tentang relatif aja yuk.
Percaya gak sih kata ‘relatif’ bisa menjadi jurus jitu untuk
meleraikan suatu perdebatan atau perselisihan? Kalo gak percaya coba aja
buktiin. Misalnya, lo gak sengaja numpahin minuman ke baju baru temen lo. Lo
meminta maaf dan menjelaskan bahwa itu sebuah ketidaksengajaan, well temen lo
sih iya aja bilangnya sih ‘aku gapapa, kok’ padahal dalam hati mah KZL
maksimal. Eh sayangnya, teman lo yang lain yang memandangi kejadian tersebut
bilang kalo lo sengaja numpahin minuman ke baju baru temen lo itu karena lo
iri. Hmm, temen lo gak salah kok, lo juga gak salah, gak ada yang salah disini.
Bahkan minuman yang tumpah pun gabisa disalahin. Karena sudut pandang orang itu
berbeda, temen lo cuman ngeliat dari satu sisi tanpa mau tau kebenarannya. Apa
yang dia lihat itulah kebenarannya. Well, relatif.
Ngerti gak sih maksudnya? Berbelit ya? Hehehe gue emang
payah kalo ngejelasin sesuatu, gue pengennya orang lain ngalamin dulu
kejadiannya biar ngerti sendiri. Ha Ha. Jadi, intinya tuh apa yang kita lihat
menurut sudut pandang kita gak selalu sama dengan apa yang orang lain lihat
menurut sudut pandang dia. Relatif. Susah juga sih ya ngejelasin relatif itu
gimana, mesti ada aja penjelasan yang well, relatif juga. Gak salah kan? Kalo
gue salah, ya relatif. Hehehe
Mari kita lupakan sejenak tentang relatif. Beralih ke topik
‘waktu tidak bermakna’. Kok bisa sih waktu menjadi tidak bermakna? Coba jelasin
dimana letak ‘tidak bermakna’nya waktu itu?
Pada pernah nonton film ‘In Time’ ? film yang dibintangi
Justin Timberlake as Will Salas dan Amanda Seyfried as Sylvia ini mengisahkan
tentang ‘waktu’. Where ‘time’ is the most precious thing even diamond means
nothing. Gimana engga, di film tersebut ‘waktu’ menjadi tolak-ukur kehidupan
manusia. Hidup lo bergantung pada waktu yang tertera pada tangan lo dengan
hitungan mundur. Untuk memperoleh ‘waktu’ yang lebih banyak, lo harus bekerja
keras yang juga menguras waktu lo yang kemudian akan dibayar dengan ‘waktu’
lainnya. Disini, uang hanya berlaku untuk membeli waktu. Makan pun lo harus membayar
dengan ‘waktu’ yang lo punya sesuai dengan pricelist yang tertera di menu. Bahkan
lo bisa membeli perpanjangan waktu agar lo bisa hidup lebih lama. Yang
menguntungkan disini, lo awet muda, walopun lo udah berumur 100 tahun lo tetep
keliatan seperti umur 25 tahun. Sayangnya, lagi-lagi yang bisa menikmati waktu
yang berlimpah ini cuman kalangan orang kaya, mereka menginvestasikan seluruh
harta mereka demi ‘waktu’ yang kemudian bisa ditabung di bank ‘waktu’. Yang
miskin? Well, mereka harus kerja keras demi ‘waktu’ itu, kalo mereka gak bisa
bertahan, it’s game over. Sakitnya lagi, lo bisa tau kapan waktu lo mati karna
ada hitungan mundur di lengan lo. Kerasa banget gak adilnya hidup kalo hidup
ini bergantung pada ‘waktu’. Untung cuman film.
Terlepas dari cerita ‘in Time’ tersebut, gue juga pengen
cerita kenapa waktu it bisa sangat berarti. Pasti kalian pernah ngerasain yang
namanya ditinggal mati seseorang kan? Gimana sih rasanya? Sedih? Pasti.
Menyesal? Pasti. Kesal? Pasti. Kenapa?
Sedih, karna lo gak akan pernah ngeliat dia lagi
selama-lamanya. Lo mau koprol di depan kuburan dia pun gak akan ngebuat dia
bangun dan ikutan koprol. Yang bisa dia lakuin ya cuman tidur.Nyesel, karna lo
gabisa menghabiskan waktu bersama dia lagi. Yang biasanya tiap bulan puasa dan
lebaran selalu ada dia, sekarang lo ngerasa hampa dan mikir ‘rasanya ada yang
aneh? Biasanya selalu ada dia yang nemanin saur, solat ied bareng’, lo
ngelewatin hari-hari yang dulu lo lewatin bareng-bareng dia dan sekarang lo sendirian.
Ganjil. Kesal, karna lo gabisa ngulang waktu dan menciptakan kenangan yang
setidaknya dapat lo kenang saat dia pergi. Lagi-lagi lo nyesal kenapa dulu
waktu dia masih ada, lo gak meluangkan sedikit waktu buat dia karna lo mikir
dia gak akan ninggalin lo. Padahal, siapa yang tau kalo orang yang lo lihat kemarin, pergi ninggalin lo hari ini.
Nah, hal tersebut terjadi ke gue dan gue merasa benar-benar
menjadi orang yang paling bodoh karna sudah menyia-nyiakan waktu. So guys, take
your precious time before time takes your precious thing.
Gue juga pernah mengalami hal yang benar-benar menakuti gue
melebihi apapun. Gue pernah hilang. Iya hilang. Jadi, waktu itu saat gue masih berusia
7 tahun gue liburan bareng keluarga ke rumah bude gue di Surabaya. Gue seneng
banget disana karna bude gue selalu memanjakan gue seperti anaknya sendiri.
Mungkin karna dulu gue imut. Namun hal tersebut berubah sejak bude gue mengajak
gue dan keluarga gue ke pasar (gue gatau pasar apa karna gue masih terlalu imut
untuk mengingatnya). Bude gue dengan senangnya menggandeng gue dan berjalan
menjauh dari rombongan. Gue sih slow aja gue kan imut, jadi bude gamungkin
ngelepasin tangan gue dan ninggalin gue. Sayang, itu hanya khayalan semata,
bude gue menyuruh gue menunggu didepan kios penjual daging sementara doi
mencari ikan di kios lainnya. Gue kecewa, ternyata ikan lebih imut ketimbang
gue. Perih. Gak lama, ada ibu-ibu pasar yang tiba-tiba ngomong ‘anak siapa
nih?’ dia teriak-teriak ngomong sama orang lain pake bahasa jawa gue gak ngerti
sumpah -__-. Karna gak ada yang mau ngaku gue anak siapa dan gue cuman bengong
aja sementara bude gue masih asik milih ikan, lalu gue diseret sama ibu-ibu itu
keliling pasar ke arah yang berlawanan dimana bude gue berada. Gue langsung nangis
kejer.
Waktu itu gue udah mau disuruh tinggal dirumah seseorang yang ada di
pasar itu, gue tetep nangis kejer gabisa gue bayangin gimana hidup gue jadinya
kalo gue gak bisa ketemu sama keluarga gue dan akhirnya diadopsi sama ibu-ibu
pasar. Mungkin saat ini gue asik berjualan di pasar atau kalo masih ada acara
termehek-mehek gue mungkin salah satu
pesertanya, mungkin gue juga ga akan sekolah di sekolah gue yang sekarang dan
dapat tugas bikin tulisan ini dari pak Rudy dan mungkin kamu gak akan kenal aku.
Iya, kamu. Gue lanjut nangis sampe akhirnya gue diajak keliling lagi buat nyari
keluarga gue dan sampailah gue didepan gerbang masuk. Disana gue melihat
keluarga gue menunggu dengan wajah cemas dan khawatir. Gue yang masih nangis
sesenggukan langsung menangis dengan kencang lagi yang langsung disambut dengan
perasaan lega bercampur haru. Disitu gue langsung dimanja, gue mau apa aja
dikabulin, bude gue juga gitu makin memanjakan gue. Sayangnya gue udah
terlanjur KZL sama doi, jadi gue berubah menjadi dingin. Gue gamau dimanjain
sama bude gue lagi.
Dan sampai sekarang gue bersyukur banget masih bisa ngumpul
bareng keluarga gue. Gak kebayang gimana jadinya kalo saat itu gue gak ketemu.
Makanya, gue selalu ingin menghabiskan waktu bareng keluarga gue, sekedar ngumpul
di ruang tengah nonton tv bareng pun udah jadi hal yang berharga buat gue. Jadi
guys, selagi masih ada waktu, luangin dikit lah waktu lo untuk sekedar ngumpul
bareng, ngobrolin masa depan lo bareng mereka. Kalo bukan sekarang, kapan lagi?
Mau nunggu ada yang pergi dulu dan lo nyesel baru lo sadar betapa berharganya
waktu itu? Hahaha!
Akhir cerita, gue menyimpulkan kenapa waktu itu menjadi
‘tidak bermakna’, mungkin lo gak benar-benar menggunakan waktu lo dengan benar,
atau lo hanya hidup tanpa tau tujuan hidup lo itu apa, atau lo menghabiskan
waktu berharga lo pada sesuatu yang tidak berharga. Waste of time.
By the way, cerita di atas bersifat relatif ya, gaes. Karna
cerita tersebut berdasarkan point of view gue. hihihihihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar