Playlist

Sabtu, 31 Januari 2015

Chapter 4: Another Story

Hai warga negara yang berbahagia, hmmm kamu. Iya, kamu. Minggu ini gue dan teman-teman gue telah melaksanakan Try Out Pertama. Gue pengin cerita dikit nih gimana keseharian gue menjelang dan selama berlangsungnya TO pertama, bahkan sesudah TO. Gak seperti siswa tingkat akhir lainnya yang fokus belajar buat TO, gue dengan bandelnya menghabiskan waktu dengan menonton drama korea ‘Pinocchio’. Ibarat drugs,  I’m addicted  to this drama. Crap!

Hal tersebut terjadi 3 hari sebelum pelaksanaan TO I, kakak gue yang pulang dari Malang membawa drama itu kehadapan gue dan nyokap gue. Awalnya, gue menahan diri untuk gak nonton drama itu dulu sampe TO I selesai gue bahkan sudah berjanji pada Adis kalo gue gak bakal nonton drama dulu sebelum TO selesai. Unfortunately, sehabis ngelihat nyokap dan kakak gue asik nonton drama tersebut di ruang tengah, iman gue goyah. Gue masuk ke kamar dan langsung membuka laptop. Gue cari folder bernama ‘Pinocchio’ dengan tangan bergetar dan jantung dagdigdug (njirrr lebay) gue putar episode 6 karna gue cuman pengin liat sekilas serame apasih dramanya ini daaaaaaan “ganteng” itulah yang gue pikirkan saat gue tau pemainnya Si bibir seksi, Lee Jong Suk. Yaudahlah ya, apa mau dikata karna udah terhipnotis gue putar dari episode awal :(
 . Jadilah tiap malam dari hari Jumat (sebelum TO) sampai Jumat (sesudah TO) gue nonton drama itu sambil tiduran di kamar dengan buku pelajaran disamping gue sebagai selingan. Iya, selingan.  

Sabtu, 24 Januari 2015

Chapter 3: Relative or Precious?

      Selamat pagi, siang, sore, dan malam khalayak ramai, khususnya kamu. Iya kamu. Bukan kamu. Ituloh yang dibelakang kamu *apasih*. Gausah ditanya lagi gue nulis postingan kali ini berdasarkan cerita siapa. Siapa lagi kalo bukan pak Rudy (lagi-lagi Pak Rudy).
Minggu ini, tepatnya hari Senin dan Rabu kemarin saat pelajaran fisika, kami telah sampai pada bab Relativitas. As always, beliau menjelaskan apa itu relativitas dan ‘huruf bercampur angka’-nya tersebut di papan tulis dengan beberapa cerita sebagai selingannya yang dibawakan dengan gaya khasnya –standup comedy-. 

     Disini gue gak akan bercerita tentang relativitas dan menghubungkannya dengan kehidupan kita sehari-hari karena pengetahuan gue belum sampe dititik itu. Gue hanya akan mengambil kata dasar dari relativitas untuk dijadikan salah satu topik kali ini. Jadi, kita bahas tentang relatif aja yuk. 


Minggu, 18 Januari 2015

Chapter 2: Don't Think Outside The Box, Think Like There is No Box

          Selamat pagi, siang, sore, malam dimanapun kamu berada. Iya, kamu J.
As usual, gue akan cerita ke elo-elo semua cerita yang lagi-lagi dibawakan oleh guru fisika gue, pak Rudy. Kenapa gue menceritakannya based on his story?. Fyi, guru yang hobi bercerita apapun itu bahkan cerita yang lo bener-bener gak kepikiran dan langsung berfikir "kok bisa ya?" itu ya cuman doi doang yang gue tau di sekolah gue. So, let’s check this out!

    Pada tau kan film 'Upside Down'?. Menceritakan tentang gimana dunia itu dipisahkan berdasarkan status sosial, yang kaya berada di 'atas' dan yang miskin berada di 'bawah'. asli, rasis banget. Untungnya itu cuman film. Tapi, pernah kepikiran gak sih kalo tiba-tiba film tersebut terjadi di kehidupan kita sehari-hari ini? Misalnya dunia 'atas-bawah' ini dibedakan bukan hanya berdasarkan 'kaya-miskin' tapi dari tampang, warna kulit, tinggi badan, berat badan, etc. Rasis abis. Gue yang merasa paling dirugikan dalam kasus ini. HUFT.

    Disamping itu, bukan hanya masalah rasis aja yang jadi problematika hidup ‘atas-bawah’ ini. Misalnya, orang yang jatuh cinta beda dunia, lo tinggal di ‘bawah’ dan pacar lo tinggal di ‘atas’, bayangin deh kepala lo tiap hari dongkak ke atas buat liat doi, gak kasian sama lehernya? L. Kalo hal tersebut berlanjut, bukan Cuma leher sama kepala doang yang sengklek, mata lo juga sengklek, bahkan lo bisa mengidap juling akut. Pacar lo juga gitu, doi tinggal di ‘atas’ juga gak ada enak-enaknya kalo pacaran sama orang ‘bawah’, pasalnya dari point of view doi, doi juga mengalami hal yang serupa dengan yang lo rasakan. Sengklek dan juling L.

Jumat, 09 Januari 2015

Chapter 1: Prolog Awal Tahun


whoaaaaaaa!!!! It’s been a very long time since my last posting on 2014. Well, this is my first posting on 2015. Happy New Year everyone!!! xixixixi 

Senin, 5 Januari 2015. Hari pertama masuk sekolah di semester 2 di awal tahun 2015 setelah liburan panjang yang (mungkin) akan sangat dirindukan. Well, hari pertama memang selalu menjadi hari terberat untuk merelakan. Merelakan liburan yang sudah pergi misalnya, atau merelakan kasur yang tidak ingin ditinggal sendirian tiap pagi, merelakan jam tidur yang akan berkurang setelah liburan, merelakan waktu santai yang diam-diam menghilang. It’s all about merelakan. By the way, tahun ini adalah tahun terakhir gue menjadi anak SMA dan inilah saat-saat dimana gue harus menghabiskan waktu gue sebagai anak SMA selayaknya anak SMA tingkat akhir lainnya.

Nah, salah dua dari sekian masalah yang dihadapi anak SMA tingkat akhir adalah Ujian Nasional dan Perkuliahan. Jujur, kalo udah masalah kuliah-kuliah-an begini gue galau maksimal. Terlalu banyak pikiran yang memenuhi otak gue sampe tidur pun kebawa mimpi (boong deng). Yang membuat gue gelisah adalah beberapa pertanyaan yang selalu menghantui gue seperti, masuk manakah gue setelah lulus SMA nanti? Mau jadi apa gue setelah lulus SMA nanti? Jurusan apa yang bakal gue ambil setelah lulus SMA nanti? Univeritas mana yang mau menampung gue setelah gue lulus SMA nanti? Dan yang bikin gue galau sampe mau nangis tiap mikirinnya adalah ‘Sanggupkah gue tinggal jauh dari orangtua kalo seandainya setelah lulus SMA nanti Tuhan mengijinkan gue kuliah di kampus yang gue inginkan?’. Huft.