Selamat pagi, siang, sore,
malam dimanapun kamu berada. Iya, kamu J.
As usual, gue akan cerita ke elo-elo semua cerita yang lagi-lagi dibawakan
oleh guru fisika gue, pak Rudy. Kenapa gue menceritakannya based on his story?.
Fyi, guru yang hobi bercerita apapun itu bahkan cerita yang lo bener-bener gak
kepikiran dan langsung berfikir "kok bisa ya?" itu ya cuman doi doang
yang gue tau di sekolah gue. So, let’s check this out!
Pada tau kan film 'Upside Down'?. Menceritakan tentang gimana
dunia itu dipisahkan berdasarkan status sosial, yang kaya berada di 'atas' dan
yang miskin berada di 'bawah'. asli, rasis banget. Untungnya itu cuman film.
Tapi, pernah kepikiran gak sih kalo tiba-tiba film tersebut terjadi di
kehidupan kita sehari-hari ini? Misalnya dunia 'atas-bawah' ini dibedakan bukan
hanya berdasarkan 'kaya-miskin' tapi dari tampang, warna kulit, tinggi badan,
berat badan, etc. Rasis abis. Gue yang merasa paling dirugikan dalam kasus ini.
HUFT.
Disamping itu, bukan hanya
masalah rasis aja yang jadi problematika hidup ‘atas-bawah’ ini. Misalnya,
orang yang jatuh cinta beda dunia, lo tinggal di ‘bawah’ dan pacar lo tinggal
di ‘atas’, bayangin deh kepala lo tiap hari dongkak ke atas buat liat doi, gak
kasian sama lehernya? L. Kalo hal tersebut
berlanjut, bukan Cuma leher sama kepala doang yang sengklek, mata lo juga
sengklek, bahkan lo bisa mengidap juling akut. Pacar lo juga gitu, doi tinggal
di ‘atas’ juga gak ada enak-enaknya kalo pacaran sama orang ‘bawah’, pasalnya
dari point of view doi, doi juga mengalami hal yang serupa dengan yang lo
rasakan. Sengklek dan juling L.
Kalimat ‘demi kamu, apasih yang
enggak’ jadi terdengar basi bahkan tabu. Yakali, tiap habis pacaran, lo pergi
ke tukang urut biar kepala sama leher lo sehat, trus besoknya pacaran
lagi-ketukang urut lagi, parahnya mata lo diam-diam menjadi juling bahkan
tinggal warna putihnya doang di bola mata karna keputar 180◦. Kalo udah gini,
lo jadi mikir hubungan yang lo jalanin ini gak ngebuat lo bahagia malah ngebuat
lo menderita karna harus bolak-balik ke tukang urut ini buat apa dipertahanin?
Ujung-ujungnya lo bakal putus juga. Galau.
Hahahaha, untungnya di dunia ini gak berlaku ‘upside down’ itu. Kalo ada,
mungkin gue sekarang sedang tidur unyu di Mars -Rumah baru gue-. Iyalah, ogah
kali gue tinggal di dunia yang rasis gitu.
Next, Pernah gak sih kalian kepikiran buat mikir, what if dunia ini
kebalik? I mean, bukan buminya yang ke balik gitu atau kaya film upside down
yang gue ceritain sebelumnya, tapi hal-hal yang sudah seharusnya, memang begitu
dan, sesuai perannya turn into something horrible yet ridiculous.
Pada suka kelinci kan? Kucing? Puppies? Lucu-lucu kan mereka? Nah, coba
bayangin gimana jadinya binatang-binatang lucu ini berubah menjadi binatang
menyeramkan yaitu menjadi karnivora atau bahkan yang hobinya kaya Edward Cullen,
minum sirup merah marjan a.k.a blood. Hiii
Gak hanya binatang lucu itu aja yang berubah menjadi sesuatu yang
menyeramkan. Parahnya, binatang buas malahan menjadi binatang peliharaan kita. Yang
dulunya punya binatang peliharaan kucing dan sering main-main sama kucing,
bobo-bobo unyu sama kucing gak kebayang kan harus diganti sama ular, buaya,
komodo, harimau, etc. Bayangin aja lo main sama buaya, nyium itu buaya, bobo
siang sama buaya walopun doi herbivora, but still kurang sreg aja gitu binatang
peliharaannya gituan L.
Mungkin kolam ikan bokap gue isinya
bukan ikan patin, nila atau bahkan mas lagi. Isinya kalo gak ikan hiu, ya
piranha. Lucu banget. Trus, ayam peliharaan bokap gue gak makan biji-bijian
lagi, tapi doi doyan daging segar yang tiap harinya kudu dikasih setidaknya 2
kg kalo gamau lo jadi santapan doi. Bayangin cuy, lo dijajah ayam. Gak keren
banget L. Bahkan burung piaraan
bokap gue bukan berkicau lagi, doi akan mengeluarkan lagu-lagu yang lagi
ngehitz, bahkan lo bisa bikin playlist yang akan dinyanyikan doi tiap hari,
versi karaokenya pun ada. Bahkan sangkarnya bisa dijadikan soundsystem. Keren.
Beda lagi sama sapi yang kita kenal selalu memberi kita susu setiap hari,
kini doi tidak lagi menghasilkan susu melainkan darah. Sedih banget. Mungkin
sapi saat ini menjadi ternakan para vampire atau bahkan diternak di rumah sakit.
Sebaliknya, yang menghasilkan susu adalah kamu. Iya kamu *kedip manja*. Anjir
wkwkwk, sorry gaes gue mulai ngelantur mungkin ini efek gue ngetik postingan
ini tengah malam. Secara, imajinasi gue aktif di jam-jam segini.
Well, hal-hal mustahil di atas semoga tidak terjadi di dunia nyata, cukup
dunia khayal kita aja, gaes. Dunia yang sekarang aja udah bikin gue kena
migrain tiap malam gimana jadinya kalo hal konyol di atas beneran terjadi. Mungkin
banyak hayati-hayati yang meninggal di rawa-rawa L bunuh hayati, bang.
Last but not least, ini bukan hal konyol lainnya melainkan wejangan spesial
dari pak Rudy. Buat wanita-wanita di muka bumi ini yang belum menjadi wanita
sepenuhnya dan ingin menjadi wanita. Lo pada harus tau, cantik itu relatif
(emang), tapi ada hal-hal yang ngebuat lo itu cantik banget. Bukan karna
tampang, jaman sekarang mah cantiknya wajah udah bisa dipalsuin ckckck. Kalo mau
yang asli inner and outer, berikut tipsnya:
1. Cantik. Yaiyalah masa
ganteng -___-. Cantik disini adalah cantiknya elo yang apa adanya.
2. Baik hati, rajin
menabung, solehah. Yang ini kudu banget ya, gaes. Untuk menunjang kecantikan inner lo itu. :*
3. Bisa masak. Sekedar bisa
aja gapapa asal jangan masak air sama mi goreng doang, yakali. Lo gaperlu jago
kayadi acara masterchef atau koki-koki hotel berbintang. Kalo belum bisa masak,
belajar deh masak. Malu sama anak kecil yang ikutan junior masterchef. Kecil-kecil
udah jago masak, bukan cuman masakan indonesia, western aja disikat. Gue aja
malu L. By the way, gue bisa
masak, kok. Seriusan. Bukan cuman masak air, nasi atau mi goreng. Masak yang
gak ribet dan ada resepnya gue bisa, kok. He he.
Fyi aja buat elo-elo yang engga bisa masak, biar lo cantiknya ngalahin
Raisa, hmmm jangan deh ketinggian. Maudy Ayunda aja. Biar lo cantik kaya Maudy
tapi kalo lo gabisa masak dan kelak lo bersuami. Suami lo gak bakal betah di
rumah. Doi bakal milih nongkrong di warteg sama ibu-ibu atau bahkan janda,
makan masakan mereka tiap hari. Gamau dong disaingin sama ibu-ibu warteg. Makanya,
belajar masak!
Sebagai penutup, gue cuman pengen mengutip dari judul postingan gue ini ‘don’t
think outside the box, think like there’s no box’. Yang masih betah duduk manis
di dalam kotaknya, coba deh sekali-kali keluar dari kotak lo siapa tau khilaf. Kalo
udah khilaf, buang aja kotaknya. Hehehehe :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar