Playlist

Rabu, 01 Juli 2015

Kota Cantik Palangkaraya

    Palangkaraya, ternyata masih ada beberapa orang yang belum tau apa itu Palangkaraya. Makanankah? Minumankah? Desa? Kampung? atau apapun itu. Terbukti saat gue berkenalan dengan beberapa teman di dunia maya setiap ditanya "asal mana?" dan gue menjawab "Palangkaraya" ada beberapa respon kebingungan seperti "Palangkaraya? dimana tuh?" atau bahkan "di desa mana tuh?". Well, untuk memperjelas apa itu Palangkaraya mending kita simak sama-sama postingan kali ini.

   Kota Palangka Raya atau Palangkaraya adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Dahulu dikenal dengan Palangkaraja (1957-1972). Kota ini memiliki luas wilayah 2.400 km² dan berpenduduk sebanyak 220.962 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 92.067 jiwa tiap km² (hasil sensus penduduk Indonesia 2010). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001, Kota Palangka Raya hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu: Pahandut dan Bukit Batu. Kini secara administratif, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan, yakni: Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit.


    Kota ini dibangun pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah) dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangka Raya merupakan kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia. Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung, konservasi alam serta Hutan Lindung Tangkiling.

sumber lengkapnya ada di: wikipedia

 Ciri khas Palangkaraya:

1. Suku Dayak

     Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, tidak kenal menyerah atau pantang mundur.



2. Rumah Adat

     Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan Rumah Betang, Bentuk rumahnya panjang, bawah kolongnya digunakan untuk pertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh lebih kurang 20 kepala keluarga. Rumah terdiri dari 6 kamar antara lain untuk penyimpanan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri-kanan ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.


Rumah Betang (Rumah Panjang)

3. Pakaian Adat

     Pakaian adatnya pria Kalimantan Tengah berupa kepala berhiasankan bulu-bulu enggang, rompi dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutut. Sebuah tameng kayu hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang dipakai berupa kalung-kalung manik dan ikat pinggang. Wanitanya memakai baju rompi dan kain (rok pendek), tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, kalung manik, ikat pinggang dan beberapa gelang tangan.

Pakaian adat Kalimantan Tengah

Ada berbagai macam kesenian dan kebudayaan yang ada di Palangkaraya, seperti:

1. Tiwah

    Upacara adat keagamaan ini merupakan bagian dari kepercayaan umat Hindu Kaharingan, yaitu agama tertua di Kalimantan. Ritual ini adalah prosesi menghantarkan roh leluhur atau sanak keluarga yang telah meninggal dunia menuju alam baka, dengan cara  menyucikan dan memindahkan sisa-sisa jasad yang berupa tulang belulang dari liang kubur ke tempat yang dinamakan Sandung. Ritual ini juga dilengkapi persembahan hewan yang biasanya berupa kerbau, oleh sebab itu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ritual ini cukup mahal.

2. Festival Budaya Isen Mulang

Festival seni dan budaya tahunan yang dilaksanakan sebagai wujud apresiasi pemerintah dan masyarakat Kota Palangka raya atas pe-ninggalan adat istiadat leluhur ini diadakan setiap bulan April. Dalam festival ini ditampilkan berbagai perlombaan tradisional seperti tari tradi- sional, Karungut, Malamang, Mangenta, masakan tradisional, melukis ornament Dayak, seni bela diri Lawang Sakepeng serta pemilihan Putra Putri Pariwisata.

3. Seni Tari  

  • Tari Dandang Tingana
Tarian ini dilakukan oleh wanita dan merupakan tarian  gembira  yang  berasal  dari  Kabupaten Kapuas. Diadakan pada saat mendirikan tiang ulin untuk benteng pertahanan. 
  • Tari Galang Dadas / Balian Dadas
Adanya tarian ini beberapa saat setelah muncul- nya tarian Galang Bawo dan tarian Ganggerang yaitu  sekitar  tahun  1540.  Waktu  itu  seorang wanita   bernama   Ine   Payung   Gunting   yang berniat menandingi kesaktian Lala. Dia bertapa di    bukit   Beratus    (Gunung    Meratus)    yang ditemukan  di  daerah  Kalimantan  Selatan.  Da- lam  pertapaannya  ia  bertemu  dengan  seekor ular  tedung  (tadung/muhe)  dan  macan.  Akhir cerita, kedua binatang yang ditemukan dalam masa  pertapaannya  tersebut  memberikan  pe- tunjuk kepada Ine dalam mengabulkan permo- honan menjadi sakti dan pintar menari seperti Lala. Ine pun menjadi sangat pandai menari
  • Tari Giring-Giring
Tarian yang dilakukan oleh pria dan wanita dengan menggunakan 2 alat buluh kering sepanjang 1  – 2 meter yang  dalamnya telah diisi batu kerikil, sehingga bila buluh tersebut digerakkan akan mengeluarkan bunyi.

  • dll

4. Seni Suara

  • Nyanyian Dadeo dan Ngaloak
Ditemukan oleh suku Dayak Dusun Tengah dan dilakukan  pada  saat  perkawinan  ataupun  pesta  lain yang  dihadiri  oleh  masyarakat  dan  pejabat  kampong.
  • Mohing Asang
Nyanyian perang yang  merupakan  komando  dari panglima perang dengan membunyikan serentak 7 kali dan terdengar Mohing Asang, yang artinya siap maju bertempur.
Nyanyian mengenai sejarah masa lalu (tetek tatum).
  • Balian
Dinyanyikan pada saat upacara tiwah / upacara kematian.
  • dll

5. Seni Ukir

Seni ukir juga menjadi kegiatan keseharian yang dilakukan sebagai tradisi suku Dayak. Ukiran dengan motif khas dibuat pada hulu Mandau, Sepundu, sarung Mandau, sumpitan dan lainnya.

6. Seni Lukis

Lukisan khas suku Dayak dapat terlihat pada tutang/cacah/tato. Selain itu ditemukan pada peti mati yang dinamakan runi, kakurung, dan sandung.

sumber lengkapnya ada disini
Berikut ini beberapa makanan khas Palangkaraya :

1. Juhu Singkah

   Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.

2. Kalumpe / Karuang

    Kalumpe / karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.

3. Wadi

    Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta. Pembuatannya yaitu ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5 hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1  minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak. Walau pembuatannya terlihat mudah, tetapi apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam memasukan bumbu serta perendaman maka akan membuat wadi menjadi tidak enak bahkan tidak bisa dimakan. Oleh karena itu ada orang-orang tertentu yang memilki keahlian untuk membuat wadi yang enak.
 sumber dari blog kak Ina


well, mungkin segitu aja dulu penjelasan tentang kota gue Palangkaraya, ingin lebih jelasnya bisa browsing di google yaps.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar